Di mana letak surga dunia?
It’s Saturday, hari di mana saya atau bahkan sebagian dari kita merayakan sebagai hari kemerdekaan bagi diri (jiwa) kita.
Yup, bukan hanya karena libur sehingga terlepas dari beban sekolah, kuliah, kerja. Tapi karena akhirnya punya waktu yang bebas untuk diri kita sendiri, menghela nafas dengan lega, do everyting what we want, or just sleep/take a rest. Indah..
Di setiap hari ini alias Sabtu, saya berkomitmen untuk gak pernah menyia-nyiakan hari ini. Untuk sampai ke hari ini kita harus melewati Senin-Jumat, masa iya Sabtu-Minggu gak kita kasih jeda? Ya wajib dong. Saya akan melakukan/berpikir tentang apapun di hari ini. Dan saya selalu berusaha menikmati dengan puas&senang.
Hari ini tidak banyak aktivitas yang saya lakukan, berhubung hujan jadi libur ngajar & terhalang untuk pergi keluar rumah. Akhirnya hari ini hanya siapin masakan utk sarapan, makan, drakoran, tidur, dan siapin makan malam lagi, sempetin baca & jurnaling.
Karena minim aktivitas, hari ini saya lebih banyak mengalokasikan hari ini untuk berkomtemplasi atas kejadian-kejadian di hari sebelumnya. Di sebelum hari ini, bahkan hingga tadi malam sebelum menyambut pagi di hari Sabtu, saya membuat keputusan yang sangat berat & agaknya akan menentukan karir saya kedepannya. Benar-benar berat dan bahkan belum lega juga sampai ingin berganti hari lagi. Tapi gak apa, saya tetap menikmati hari Sabtu saya. Dimulai dari kesimpulan kontemplasi pertama:
“in life, you will reach the point of consciousness, and find the validation that you’re the most appropriate person to determine the solution to your life’s problems. no matter how smart the people out there are, you’re the mastermind for your life story.
Sebelum mengambil keputusan tersebut saya sempat meminta rekomendasi saran kepada banyak pihak, Ibu, Tante, Teman 1 group, Pacar, dan beberapa senior saya juga. Saran mereka semua sama, sangat logis & realistis. Bersikeras mereka memberikan saran untuk keputusan saya, tapi lagi dan lagi, saya memutuskan pilihan saya sendiri yang bertolak dengan saran mereka.
Entah ini keputusan yang benar atau salah, tapi saya rasa suatu saat, atau pada saat saat seperti ini kita akan mencapai titik kesadaran & validasi dari diri kita sendiri bahwa hanya kitalah orang yang paling BERHAK menentukan solusi atas permasalahan hidup kita. Tak peduli sepintar apa orang di luar sana, kitalah dalang dari kisah hidup kita. Because:
“Saya adalah saya, yang tahu saya adalah saya.
Beberapa orang hanya akan melihat bagian dari luar dan sebagian kondisi yang kita ceritakan ke mereka. Namun, ada bagian, mungkin banyak, di mana hanya kita yang benar-benar memahami kondisi sebenarnya. Oleh karena itulah, mengapa keputusan final terletak pada diri kita sendiri. Ibarat gunung yang menjulang ke atas di tengah laut. Hanya sebagian tubuh gunung yang terlihat, orang-orang tidak melihat sebagian tubuh yang lainnya yang tersembunyi dalam mulut laut.
Begitulah, cara saya menenangkan diri atas keputusan ini.. Keputusan/pilihan itu tidak ada yang salah, apapun itu kita hanya perlu bertanggungjawab atas keputusan tersebut. Apakah mereka di luar sana akan bertanggungjawab?
Salah/benar, di dunia ini tidak ada kekacauan yang tidak bisa dibereskan. Jika kita membuat keputusan yang salah, kita percaya bahwa diri kita & tuhan tentunya, akan punya seribu cara untuk membereskan dan bahkan membuatnya menjadi lebih cantik.
Apakah yang lebih kita kejar? Harta berlimpah atau kecukupan? Kesenangan atau ketenangan?
Sekian terimakasih
Warm Regards,
Bunga Cathalia Jingga
dengan YMacaspac sebagai nama pena.